Kamis, 09 April 2015

Objek Wisata Brebes

Waduk Malahayu




Waduk melahayu terletak di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah; 6 km dari Banjarharjo atau 17 km dari Tanjung. Luas kawasan ini sekitar 944 hektar dan dibangun pada tahun 1930 oleh Kolonial Belanda.
Fungsi waduk ini disamping sebagai saran irigasi lahan pertanian wilayah Kecamatan Banjarharjo, Kerasana, Ketanggungan, Losari, Tanjung dan Bulakamba juga sebagai pengontrol banjir serta dimanfaatkan untuk rekreasi. Di objek wisata ini dapat ditemukan panorama alam pegunungan yang indah, dikelilingi hutan jati yang luas dan telah dijadikan bumi perkemahan dan wana wisata.
Berbagai fasilitas tersedia di kompeks wisata ini antara lain kolam renang anak, mainan anak, becak air, perahu pesiar, perahu dayung, panggung terbuka serta disediakan tempat parkir yang cukup luas.
Pada setiap Idul Fitri diadakan Pekan Wisata dengan pentas orkes melayu atau dangdut sebagai hiburan. Sementara Sedekah Waduk, dilaksanakan oleh masyarakat setempat setiap hari raya.
Mitos yang hidup di masyarakat sekitar waduk ini adalah bahwa pasangan pengantin baru wajib membasuh muka dengan air waduk. Konon, pasangan yang melaksanakan akan langgeng mengarungi mahligai rumah tangga. Karena itu, hampir setiap ada pengantin baru mereka selalu menyempatkan diri berkunjung ke lokasi tersebut. Yang unik mereka kadang-kadanag datang masih mengenakan baju pengantin, dengan diiringi puluhan bahkan ratusan pengiring. Tradisi dilaksanakan selain dipercaya mengandung berkah kelanggengan bagi pasangan itu, juga sebagai upaya tolak bala.
Mujair goreng adalah hidangan istimewa di lokasi wisata ini. Beberapa warung makan yang mendirikan bangunan di timur waduk menyediakan ikan mujair goreng dengan harga murah.
Terkadang diadakan lomba balap perahu, lomba mancing, dan sebgainya . penduduk setempat juga menggunakan perahu compreng untuk rekreasi air mengelilingi waduk.

                                                       
                                                          Agrowisata Kaligoa


Agrowisata kaligoa adalah kawasan wisata agro daratan tinggi yang terletak di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tepatnya wilayah Brebes bagian selatan. Agrowisata Kaligoa dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diverifikasi usaha untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Hasil pengolahan perkebunan teh Kaligua adalah berupa produk hilir teh hitam (balck tea) dengan merk “Kaligua” dalam kemasan teh celupdan serbuk. Wisatawan yang berkenjung dapat menikmati hangatnya teh hitam Kaligua di lokasi atau membelinya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
·         Lokasi
Wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Transportasi menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalur Pantura via Brebes atau Tegal-Bumiayu-Kaligua, Cirebon-Bumiayu-Kaligua, dan jalur selatan via Purwokerto-Paguyangan-Kaligua. Jalur tersebut melalui jalan utama Tegal-Purwokerto, tepat masuk lewat pertigaan Kaligua, kretek. Jalan antara Paguyangan-Kaligua berkelok-kelok dan naik turun.
·         Geografis
Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1.200 – 2.050 meter dari permukaan laut. Kondisi udara sangat dingin. Berkisar 8 – 22 C pada musim penghujan dan mencapai  4 – 12 C pada musim kemarau. Wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan ini terletak dilereng barat Gunung Slamet (3.432 m dpl), yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau Jawa setelah Gunung semeru. Keindahan salah satu puncak gunung Slamet, yaitu puncak Sakub, dapat dinikmati dari perkebunan teh Kaligua ini. Dari tempat ini, juga udara cerah, juga terlihat keindahan Gunung Ceremai, wilayah Tegal, serta Cilacap.
·         Sejarah
Perkebunana teh Kaligua merupakan warisan pemerintah kolonial Belanda.  Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini semula dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan, makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini dilokasi kebun Kaligua.
Konon pada saat pembangunan pabrik, para pekerja membawa ketel uap dari Paguyangan menuju Kaligua ditempuh dalam waktu 20 hari . peralatan tersebut dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki sepanjang 17km. Selama proses pengangkutan tersebut, para pekerja pada saat istirahat dihibur oleh kesenian ronggeng Banyumas. Sampai sekarang setiap memperingati HUT pabrik Kaligua setiap tanggal 1 Juni selalu ditampilkan kesenian tradisional tersebut.
·         Fasilitas
Kawasan wisata Agro Kaligua memberikan banyak pilihan untuk wisata. Di samping kebun teh, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada diseputeran Kaligua. Misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, Gua Angin, serta makam pendiri kebun Van De Jong, serta makam pendiri kebun Van De Jong. Beberapa vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam.
Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay (penginapan) yang cukup baik. Di samping itu tersedia pula gedung pertemuan, area outbond, area perkemahan, lapangan olahraga, kafe, pusat layanan kesehatan, saran ibadah dan lain-lain. Selain itu, pengunjung dapat memilih beberapa paket wisata yang disediakan.

Asal - usul Kabupaten Brebes

Ada beberapa pendapat mengenai asal - usul nama Brebes yang di antaranya berasal dari kata di antaranya Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair.Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya.
Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal.

Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap di sebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes.

GEOGRAFIS
Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem,Banjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari,Tanjung,Kersana,Ketanggungan dan Larangan.
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.

Foto-foto Tentang Brebes

1.1 Gambar profil Bupati Brebes dari masa ke masa yang berbentuk Bawang merah

                                     
     1.2 Gambar patung telur asin yang berada di pusat kota tepatnya di samping alun-alun Brebes

                                     
1.3 Gambar alun-alun Brebes dan Masjid Agung Brebes